di ranjang kayu
ayah terbaring tanpa pakaian
membebaskan nafas kelelahan
yang tersangkut di hujung perkebunan
kudengar suara keringat
yang mercup di bibir
antara dengkur yang menjerkah
di celah kerongkong tua
dan rahang yang terkatup
meski senyumnya semakin longgar
dihunjam derita perantauan
kulihat pintalan urat
yang muncul di kedut kulit
selonggok simpulan saraf
melingkar bertindih berguling
melakarkan lukisan usia
di dada sebuah nama
laungan tutur kata
segala petunjuk yang kautancap
buat santapan sang anak
kekal berteduh di pondok fikir
akrab kugenggam erat
kini
di ranjang kayu itu
dengan selimut kafan
dan alfatihah yang selalu kuhulur
tidak kudengar lagi dengkuranmu...
Saturday, May 14, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment